ket : wisata tanjung palette Setiap daerah memiliki potensi masing masing yang jika di kelola dengan baik maka akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya,pada postingan kali ini saya akan membahas kondisi ekonomi dan potensi yang ada di desa palette. Desa pelette merupakan salah satu desa yang ada di kabupaten Bone. Desa Palette mempunyai luas wilayah 4.000 km2 dan jumlah penduduknya 1.689 jiwa yang terdiri dari 144 kepala keluarga. Sebagian besar masyarakat Palette bermata pencaharian sebagai nelayan tangkap dan petani rumput laut hal ini dikarenakan sebagian wilayah di desa Palette di dominasi oleh pantai.
Adapun aspek-aspek ekonomi atau potensi daerah yang ada di desa palette antara lain :
1. Rumput LautRumput laut telah dikenal sejak puluhan atau bahkan ratusan tahun yang lalu di Indonesia maupun di mancanegara. Pada umumnya rumput laut digunakan sebagai bahan makanan dan minuman, namun seiring dengan berkembangnya IPTEK dewasa ini rumput laut dapat di kembangkan dan manfaatkan dalam berbagai macam industri misalnya tekstil, kosmetik, dan industri kefarmasian.
Rumput laut merupakan salah satu komoditas marikultuer yang saat ini sedang dikembangkan dan merupakan salah satu program pengembangan ekonomi pesisir kelurahan Pallete. Rumput laut merupakan komoditas yang potensial untuk dikembangkan mengingat nilai gizi yang dikandungnya. Selain itu, rumput laut dapat dijadikan sebagai bahan makanan seperti agar-agar, sayuran, kue, dodol rumput laut dan sebagainya.
Hasil kering dari rumput laut yang ada di Kelurahan Pallete bisa mancapai 11.000/kg dan basah 3.000/kg. Dengan adanya pengembangan budidaya rumput laut ini juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi kaum perempuan di Pallete. Hal tersebut tentunya menjadi salah satu prioritas utama masyarakat sebagai sumber pendapatan keluarga guna memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
2. Penggunaan SetnetAlat tangkap berupa Setnet yang ada di Kelurahan Pallete merupakan hasil bantuan kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Jepang. Dengan adanya alat tangkap set net tersebut maka masyarakat nelayan di Pallete lebih mudah dan efisien dalam melakukan penangkapan ikan. Setnet dikatakan memiliki nilai ekonomi karena berperan penting membantu masyarakat nelayan Pallete dalam penangkapan ikan. Keuntungan menggunakan setnet antara lain :
o Hemat bahan bakar karena alat dipasang menetap sehingga kapal tidak perlu berlayar jauh untuk mencari daerah penangkapan.
o Jaring set net yang terpasang di laut dapat digunakan sebagai tempat berlindung (shelter) ikan-ikan yang berukuran kecil sehingga tidak dimakan predator.
o Hasil tangkapan ikan relatif segar/masih hidup dan dapat diangkat/diambil sesuai dengan kebutuhan pasar.
o Mudah dipindahkan dibanding dengan jenis trap yang ada di Indonesia.
o Sangat sesuai untuk pengembangan usaha perikanan skala menengah kebawah
Dengan adanya setnet kerja masyarakat sedikit terbantu dan tidak merasa terlalu berat dalam melakukan penangkapan, setelah penangkapan selesai maka masyarakat sekitar membagi hasil dengan pemilik kapal yang digunakan dalam proses penangkapan sesuai hasil kesepakatan.
3. PariwisataObjek pariwisata yang ada di suatu daerah atau lokasi dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitar. Objek wisata yang ada di Kelurahan Pallete berupa pantai atau yang lebih dikenal dengan Tanjung Pallete. Dengan adanya objek pariwisata tersebut masyarakat sekitar dapat memanfaatkannya sebagai salah satu tempat untuk menghasilkan uang. Masyarakat sekitar Kelurahan Pallete ada yang bekerja sebagai petugas kebersihan pantai dengan pendapatan 500.000 per bulannya. Selain itu masyarakat sekitar dapat menggunakan tempat atau objek wisata tersebut dengan berjualan disekitar objek wisata atau pelayanan masyarakat yang berkunjung di objek wisata tersebut. Meskipun demikian tidak terlalu banyak sumbangsih yang diberikan objek wisata tersebut kepada masyarakat sekitar akan tetapi setidaknya ada sebagian kecil masyarakat yang dapat merasakan pengaruh dari keberadaan objek wisata yang ada di desa Palette, kabupaten Bone.
Permasalahan ekonomi sumber daya perikanan di Palette Terdapat beberapa permasalahan yang timbul dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di desa palette, kabupaten Bone. Adapun permasalahannya tersebut antara lain adalah adanya sekelompok masyarakat melakukan penangkapan secara ilegal. Kegiatan tersebut banyak dilakukan oleh masyarakat daerah lain atau daerah tetangga di desa palette. Mereka melakukan penangkapan ikan yang tidak berwawasan ramah lingkungan, sehingga bisa menyebabkan kerusakan pada terumbu karang, hal ini sesuai dengan (http://www.scribd.com. Pengelolaan dan permasalahan SDA, 2010) yang menyatakan bahwa maraknya pencurian ikan secara ilegal (ilegal fishing) oleh kapal asing merupakan fenomena yang kontras dan menyakitkan hati masyarakat kita. Betapa tidak kekayaan laut kita dengan seenaknya dirampas oleh nelayan asing, sementara nelayan kita tidak bisa menikmati hasil laut sendiri.
Ilegal fishing yang dilakukan oleh para nelayan diluar perairan Palette dan cenderung bersifat merusak yakni melakukan penangkapan dengan menggunakn alat penangkapan yang tidak ramah lingkungan tentunya memberikan dampak yang kurang baik terhadap ekosistem dan keberadaan spesies yang bernilai ekonomis penting maka dari itu tentunya sangat diperlukan perundang-undangan yang jelas dalam upaya mengatur dibidang penangkapan hal ini sesuai dengan (Eko, 2010) Banyak faktor yang teridentifikasi sebagai penyebab terjadinya illegal fishing di perairan indonesia yaitu: (1) Luasnya potensi laut yang belum terolah, (2) Peluang bisnis ikan yang menggiurkan, (3) Kelemahan penegakan hukum, (4) Mentalitas aparat, dan (5) Hambatan dari faktor perundang-undangan.
Selain permasalahan tersebut pada awal tahun 2007 terjadi konflik kepentingan antara pengguna lalu lintas laut dengan petani rumput laut. Karena pengguna lalu lintas sulit untuk lewat di daerah sekitar perairan karena terhalanh oleh pelampung-pelampung dan tali-tali dari pembudidayaan rumput laut. Hal tersebut sesuai dengan (http://dislutkan.ntb.go.id/web/content/view/34/44/, 2010) yang menyatakan bahwa belum tuntasnya pengaturan tata ruang wilayah sehingga seringkali menimbulkan konflik kepentingan terhadap sumberdaya perikanan dan kelautan baik antar sektor (perikanan, pariwisata, pertambangan, perhubungan dan lainnya) maupun antar subsektor/komoditas (tambak, udang, mutiara, rumput laut, konservasi). Melihat hal tersebut, maka pemerintah mengambil jalan tengah dalam pemecahan masalahnya yaitu membentuk blok-blok yang satu blok nya terdiri dari 10 orang petani, dan kemudian dibuat jarak antar blok-blok agar para pengguna kapal nelayan bisa lewat diantara jarak tersebut.