Genus panneid mengalami perhgantian kulit (moulting) secara periodik untuk tumbuh, termasuk udang vanamei. Proses moulting berlangsung dalam 5 tahap yang bersifat kompleks, yaitu postmoulting awal, postmoulting lanjutan, intermoult, premoult, dan moulting. Proses moulting di akhiri dengan pelepasan kulit luar dari tubuh udang. Proses moulting sangat menentukan waktu ablasi induk udang di hatchery dan waktu panen yang tepat.
1. Proses moulting Waktu yang dibutuhkan untuk moulting tergantung umur dan jenis udang . saat udang masih kecil (fase tebar atau PL 12), proses moulting trerjadi setiap hari. Dengan bertambahnya umur, siklus moulting semakin lama, antara 7-20 hari sekali.
Nafsu makan udang mulai menurun pada 1-2 hari sebelum moulting dan aktivitqaqs makanya berhenti total sesaat akan moulting. Persiapan yang dilakukan udang vanamei sebelum mengalami moulting yaitu dengan menyimpan cadangan makanan berupa lemak di dalam kelenjar pencernaaan (hepatopangkreas).
Umumnya moulting berlangsung pada malam hari. Bila akan moulting, udang vanamei sering muncul kepermukaaan air sambil meloncat –loncat. Gerakan ini bertujuan membantu melonggarkan kulit luar udang dari tubuhnya. Pada saat moulting berlangsung, otot perut melentur, kepala membengkak, dan kulit luar bagian perut melunak. Dengan sekali hentakan, kulit luar udang terlepas.
Gerakan tersebut merupakan salah satu cara mempertahankan diri karena cairan moulting (semacam lendir) yang dihasilkan dapat merangsang udang lain untuk melekat dan memangsa (kanibalisme). Udang vanamei akan tampakn lemas dan berbaring di dasar perairan selama 3-4 jam setelah proses moulting selesai.
2. Faktor faktor moultingMoulting akan terjadi secara teratur pada udang yang sehat. Bobot badan udang akan bertambah setiap kali mengalami moulting. Faktor faktor yang mempengaruhi moulting massal yaitu kondisi lingkungan, gejala pasang, dan terjadi penurunan volume air atau surut.
a. Air pasang dan surut.Air pasang yang disebabkan bulan purnama bisa merangsang proses moulting pada udang vanamei. Hal ini terutama banyak terjadi pada udang vanamei yang dipelihara di tambak tradisional. Di alam, moulting biasanya terjadi berbarengan dengan saat bulan purnama. Saat itu, air laut mengalami pasang tertinggi sehingga perubahan lingkungan tersebut sudah cukup merangsang udang untuk melakukan moulting. Oleh karena air di tambak hanya mengandalkan pergantian air dari pasang surut air laut. Penambahan volume air pada saat bulan purnama dapat menyebabkan udang melakukan moulting.
Penurunan volume air tambak saat persiapan panen ju8ga dapat menyebabkan moulting. Moulting sebelum panen menyebabkan presentase udang yang lembek meningkat.
b. Kondisi lingkunganProses moulting akan dipercepat bila kondisi lingkungan mengalami perubahan. Namun demikian, perubahan lingkungan secara drastis dan disengaja jusrtru akan menibulkan trauma pada udang. Beberpa tindakan tersebut diantaranya terlalu sering mengganti air tambak, tidak hati hati saat menyipon (membersihkan tambak), dan pemberian saponin yang berlebihan.
3. kegagalan moulting dan pencegahan Proses moulting dapat berjalan tidak sempurna atau gagal bila kondisi fisiologis udang tidak normal. Kegagalan tersebut menyebabkan udang menjadi lemah karena tidak mempunyai cukup energi untuk melepaskan kulit lama menjadi kulit baru. Udang yang tidak melakukan moulting dalam waktu lama menunjukan gejala kulit luar ditumbuhi lumut dan protozoa. Usaha pencegahan kegagalan bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti lebih sering mengganti air tambak.
sumber : Rubiyanto Widodo Haliman dan Dian Adijaya S dalam bukunya udang vanamei