Kamis, 18 November 2010

Tekhnik Hipofisasi dan Inseminasi Buatan Pada Ikan Mas

TEKNIK HIPOFISASI DAN INSEMINASI BUATAN PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)

Metode hipofisasi adalah usaha untuk memproduksi benih dengan menggunakan bantuan kelenjar hipofisasi dari ikan donor yang menghasilkan hormon yang merangsang pemijahan seperti gonadotropin (Susanto, 1996). Pemijahan sistem hipofisasi menurut Muhammad et al. (2003), ialah merangsang pemijahan induk ikan dengan menyuntikkan kelenjar hipofisa. Menurut Sumantadinata (1981), terdapat 3 cara penyuntikan hipofisasi yaitu intra muscular, intra cranial, dan intra perineal (Luqman, 2009)
Percobaan ini menggunakan ikan mas (Cyprinus carpio) sebagai ikan donor dan ikan mas (Cyprinus carpio) sebagai resipien. Ikan donor adalah ikan yang diambil kelenjar hipofisanya yang masih dalam satu jenis atau satu familia dengan ikan resipien, sedangkan ikan resipien adalah ikan yang diinjeksi atau disuntik. Perbandingan berat tubuh ikan donor dan ikan resipien adalah 1,5 : 1 yang artinya 1,5 kg berat ikan donor untuk 1 kg berat ikan resipien. Perbandingan jumlah ikan resipien betina dan jantan adalah 1 : 3, dimana untuk tiap ekor ikan betina diperlukan 3 ekor ikan jantan. (Muslikhin, 2008).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama 14 jam didapatkan hasil bahwa setelah melakukan penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa pada ikan resipien dengan cara intramuscular (melalui otot di bawah sirip punggung pada sisik ketiga), ternyata terjadi pemijahan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang mendukung baik dari suhu maupun proses penyuntikan kelenjar hipofisa.

Hal ini sesuai dengan pendapat (Muslikhin, 2008) bahwa waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemijahan adalah 10–12 jam setelah menyuntikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan antara lain kemasakan atau pematangan kelamin ikan, keadaan psikologis ikan, cahaya, temperatur dan aliran air.
Setelah beberapa jam dari penyuntikkan tampak induk saling kejar-kejaran dan terlihat berpasangan. Terkadang juga melompat dan memercikkan air di permukaan. Hal ini menandakan bahwa induk telah siap ovulasi sehingga dapat dilakukan proses stripping. Hal ini sesuai dengan pendapat (Luqman, 2009) bahwa tanda-tanda ikan yang sudah mengalami ovulasi dan siap dikeluarkan telurnya yaitu ikan terlihat gelisah, sering muncul di permukaan air dan ikan jantan sering berpasangan dengan ikan betina. Ciri-ciri betina yang sudah masak kelamin diantaranya perut mengembung, lubang genital kemerahan, perut lembek. Sedang pada ikan jantan yang telah masak kelamin adalah bila perut di stripping akan keluar cairan putih seperti susu (malt).
Mekanisme pemijahan dimulai dari ekstrak kelenjar hipofisa yang disuntikkan akan menimbulkan rangsangan pada hipotalamus. Rangsangan dibawa akson yang berakhir pada penonjolan tengah di dasar ventral ketiga hipotalamus. Hormon FSH dan LH bekerja merangsang perkembangan gonad dan merangsang ovulasi. FSH dan LH juga merangsang perkembangan fungsi testis. FSH meningkatkan ukuran saluran semini ferus dan LH merangsang sel intestinum dari testis untuk memproduksi hormon kelamin jantan (Luqman, 2009).

Pembuahan ikan dilakukan di luar tubuh. Masing-masing ikan jantan dan betina mengeluarkan sperma dan ovum. Keberhasilan ovulasi tergantung dari keberhasilan proses pematangan akhir oosit. Oosit yang telah siap diovulasikan akan terjadi jika telah mendapat rangsangan hormon yang sesuai. Rendahnya hormon gonadotropin yang masuk dalam darah dapat menyebabkan kemampuan hormon gonadotropin untuk mengovulasikan telur sangat terbatas (Luqman, 2009).
Inseminasi buatan adalah proses pemijahan buatan yang dilakukan dengan bantuan manusia pada ikan yang akan memijah dengan melakukan pengurutan (stripping) untuk mengeluarkan sel telur dari induk betina dan sel sperma dari induk jantan.
Pada percobaan ini juga dilakukan inseminasi buatan pada proses pengamatan kedua. Induk betina diurut untuk mengeluarkan sel telur kemudian induk jantan juga diurut untuk mengeluarkan spermanya kemudian dilakukan pengadukan agar sperma dan sel telur tercampur rata. Sel telur dan sperma hanya dapat bertahan sekitar 30 detik sehingga secepatnya dilakukan pengadukan (Kadir, 2010).
Hal ini sesuai dengan pendapat (Gusrina, 2008) bahwa proses pembuahan buatan ini membutuhkan waktu tertentu, maksudnya jika terlalu lama maka sperma atau sel telur bisa mati atau terganggu. Jika demikian keadaannya proses pembuahan tidak akan berhasil dengan baik. Ingat telur dan sperma itu hidup sehingga bermetabolisme.


Telur yang tidak dibuahi akan mati dan berwarna putih air susu sedangkan telur yang terbuahi berwarna bening dan terdapat inti. Telur tersebut diletakkan didalam akuarium dengan penambahan aerasi untuk menyuplai oksigen. Hal yang dapat menyebabkan proses stripping atau pemijahan buatan ini tidak berhasil adalah kesalahan dalam pengurutan, peralatan yang digunakan tidak bersih, serta kematangan gonad dari induk baik induk jantan maupun induk betina (Gusrina, 2008)


DAFTAR PUSTAKA
Fujaya Y. 2010. Materi Kuliah GENETIKA DAN PEMULIABIAKAN IKAN. Fakultas Ilmu kelautan dan perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Gusrina. 2008. http//www. BUDIDAYA IKAN JILID I. Diakses pada tanggal 25 Maret 2010.
Http://Sutanmuda. Wordpress.Com/2007/10/22/Budidaya-Ikan-Mas/, 2010. (Online google) Diakses tanggal 24 April 2010.
Kadir. 2010. TEKNIK HIPOFISASI DAN INSEMINASI BUATAN PADA IKAN MAS. Balai Budidaya Air Tawar Bontomanai, Gowa. 2010.
Muslikhin. 2008. http//www. EFEK HORMONAL PADA OVULASI DAN PEMIJAHAN IKAN. Diakses pada tanggal 25 Maret 2010
Wibowo Luqman. 2009. http//www. EFEK HORMONAL PADA OVULASI DAN PEMIJAHAN IKAN. Diakses pada tanggal 25 Maret 2010.

2 komentar:

  1. OH GITU YA TEKNIK HIPOFISASI DAN INSEMINASI BUATAN PADA IKAN MAS?

    BalasHapus
  2. yops,, itu merupakan hasil praktikum yang dilaksanakan di jurusan perikanan fakultas ilmu kelautan dan perikanan, UNHAS

    BalasHapus